GAMBUH
Gambuh adalah jenis tembang macapat untuk mengungkapkan rasa persaudaraan, sambutan, nasihat dan pendapat yang sungguh-sungguh. Dahulu tembang ini cukup populer untuk mengajar budipekerti di sekolah dasar dan menengah. Barangkali karena watak tembang ini bukan untuk menghibur. tembang gembuh tidak banyak ditampilkan di dunia hiburan tradisional.
Untuk memberi tahu penembang mendendangkan lagu gambuh digunakan kata-kata : gambuh, nggambuhi, tumambuh. tambuh. Kata tambuh berarti tidak perduli atau tidak tahu, dan dari kata dasar tersebut dibentuk kata-kata: ditambuhi artinya tidak diperhatikan, tumambuh artinya pura-pura tidak tahu, dan katambuhan artinya pangling atau hampir tidak kenal lagi.
Sebagai tembang macapat, sebait gambuh terdiri atas 5 larik masing-masing dengan jumlah suku kata (guru wilangan) dan sajak akhir (guru lagu) sebagai berikut : I. 7 – u; II. 10-u ; III. 12- I ; IV 8-u; V. 8-a . Di bawah ini terdapat contoh tembang gambuh dengan notasi angka yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk mendendangkannya.
Sekar Gambuh
( Pelog 6)
5 6 1 1 1 6 12
4 5 7 7 7 5 71
Se-kar gambuh ping ca- tur
2 1 6 5 5 6 1 1 6 12
1 7 5 4 4 5 7 7 5 71
Kang ci-na-tur po-lah kang ka- lan- tur
5 4 2 45 5 5 5 5 6 4 2 1
4 3 1 34 4 4 4 4 5 3 1 7
Tanpa tu-tur ka-tula-tula ka-ta-li
4 5 5 5 6 4 5 6
3 4 4 4 5 3 4 5
Ka-da-lu-war-sa ka-tu- tuh
6 1 2 1 6 56 4 5
5 7 1 7 5 45 3 4
Ka-pa-tuh pan da- di a- won.
Secara bebas tembang di atas dapat dibuat paraphrase sebagai beikut : Tembang gambuh keempat / yang dibicarakan tingkah laku yang kebablasan / Tanpa kata nasihat akan terbelenggu terlunta-lunta / terlambat kan dipersalahkan / jika sudah terbiasa buruk akan jadi buruk. //
Selanjutnya akan diberikan beberapa bait tembang gambuh yang nama penciptanya ( sandi asma) disembunyikan dalam kalimat syair tembang tersebut. Agar mudah dipahami dan didendangkan, diberikan juga versi bebas terjemahan dalam bahasa Indonesia.
Dhatan Tumambuh
(1) Kang kasekar ing gambuh reformasi prastawa kepungkur Kutha Sala rusak lan kobong kabesmi ambruk rezim orde baru mili waspa lan ludira (2) Sung oncek ing pasemu Ngudhar rasa ing prastawa rusuh Juranging pasrawungan Cina lan Jawi Nalar sudagar manandur Tanpa rasa tresna bangsa. (3) Wedhus ireng kapranggul Dadya tumbal kapanggang ing tungku Bangsa manca klawan Cina tinuding Modhal capital lumayu Tan nyata tresna mring bangsa (4) Urip tentrem yen rukun Kuta Sala saiki wus mbangun Kapimpin Jakawi-Rudi kang taberi Mireng sedaya panyuwun Mrih raharjaning bangsa. (5) Prayoga pra priyantun Kadya grebeg Sudira winangun Jawi Cina tumplek ing Imlek riyadi Kanthi barongsai kalipur Antuk angpo, kuwih kranjang. (6) Gya urip kang satuhu Aja mung amburu bandha bandhu Nadyan tedha lantaraning urip iki dudu upa kang tinuju urip tentrem bebarengan (7) Tan kwatir dina sesuk Sesuk bungah lan susah tinemu Susah sedina cukup nggo dina kuwi Urip utama kang baku Luwih penting timbang boga (8) Bagya mulya kasuwun Tresna bangsa Indonesia tulus Tebihna gething sengit dengki lan iri Ngudi mbangun guyub rukun Dadya santosaning bangsa (9) Sumarah tan tumambuh Marang Allah pitados satuhu Nora lali mring kautaman jati Hambek darma mrih rahayu Peparinga mring kang papa | (1) Terangkai tembang gambuh Reformasi pristiwa dahulu Kota Solo rusak dan disulut api Tumbang(-kan) rezim orde baru Mengalir darah air mata (2) Kan kupas dalam semu Urai rasa di pristiwa rusuh Jurang hubungan antar Cina dan Jawi Nalar saudagar invest terus Tanpa rasa cinta bangsa (3) Kambing hitam ditemu Jadi tumbal dipanggang di tungku Bangsa asing dan Cina lalu dituding Modal capital diangkut Tak jelas cinta kan bangsa (4) Hidup tentram kalau rukun Kota Solo kini tlah (mem-)bangun Dipimpin Jakawi-Rudi yang tlah rajin Dengar swara rakyat berseru Untuk sejahtra bersama (5) Baik bapak dan ibu Bagai grebeg Sudira terbangun Jawa Cina tumpah ruah di Imlek hari Dengan barongsai dihibur Dapat angpo, kue kranjang. (6) Hiduplah dengan sungguh Janganlah harta benda diburu Walau makan jadi prasyarat hidup ini Bukan makan yang dituju Tentram hiduplah bersama (7) Tak khawatir kan esok Esok suka duka kan ketemu Susah sehari cukup untuk sehari Hidup utama yang baku Lebih penting dari makan. (8) Bagia mulia dimohon Cinta bangsa Indonesia tulus Jauhkan watak benci dan iri hati bangun paguyuban rukun jadi kekuatan bangsa (9) Berserah tiada tambuh kepada Allah percaya sungguh tiada lupa keutamaan sejati (ber) buat baik amal slalu Pada yang papa kan slamat. |
Tembang GAMBUH ini disusun agar pluralisme terjaga dan jadi semangat bersama sungguh-sungguh, TIDAK BERPURA-PURA untuk membangun habitus baru dalam kehidupan bersama yang telah dimulai oleh Walikota dan Wawali Solo di era setelah reformasi.
Solo Baru, Imlek 2563 / Masehi 2012
5 comments:
Ilmu baru terimakasih. Www.sarikurmaajwa.com Sehat lebih lama
Ilmu baru terimakasih. Www.sarikurmaajwa.com Sehat lebih lama
Terimakasih infonya
Terimakasih infonya
Posting Komentar