Sumarno HP

Selasa, 25 Desember 2012

SIRAMAN CALON PENGANTEN


SIRAMAN CALON PENGANTIN
Sumarno Hp

Masyarakat Jawa dahulu dan sekarang masih menjunjung tinggi kesucian, keperawanan atau keperjakaan. Tidak dapat disangkal memang ada beberapa penelitian tentang keperawanan di antara pelajar dan mahasiswa di beberapa kota besar yang menunjukkan bahwa angka prosentase ketidakperawanan cukup tinggi. Banyak orang tua mulai khawatir mengirim anak gadisnya kuliah ke kota besar. Namun demikian, tidak berarti kusucian tidak dihargai. Sebelum melangsungkan upacara pernikahan, penganten harus disucikan dahulu lahir dan batinnya dalam suatu upacara.

Dalam tradisi Jawa upacara menyucikan pengantin itu diadakan menjelang malam mododareni yang disebut upacara siraman. Kata siraman berasal dari verba Jawa siram artinya mandi dan akhiran –an sehingga siraman berjenis kata benda yang menyatakan hal kegiatan seperti mandi. Tujuan upacara siraman agar calon penganten bersih dari noda atau kotoran yang menempel di kulit secara fisik, dan secara spiritual agar dibersihkan dari segala sesuatu yang jahat.

Perlengkapan upacara siraman yang perlu disediakan yakni:
1.    Air sumur atau air suci dari sendang yang dimasukkan ke dalam pengaron (tempayan untuk menanak nasi)
2.    Bunga Telon : mawar merah, melati dan kenanga yang ditaburkan ke dalam tempayan air mandi.
3.    Tepung beras, mangir, pandan wangi, daun kemuning.
4.    Tikar Pandan yang anyamannya besar-besar, dan daun apa-apa yang dibungkus kain mori putih.
5.    Tempat duduk yang disebut dingklik atau kursi kecil.

Calon mempelai dimandikan dengan air yang bisa diambil dari 5 atau 7 sumber air, yakni: sumber dari utara, selatan, barat, timur dan sumber air di rumah atau kampung sendiri. Misalnya, untuk orang Katolik di Solo dapat menggunakan air suci dari Gua Maria Ratu Kenyo Danan Wonogiri, (selatan),  air suci Sendang Sono (Barat) air dari Gua Maria Poh Sarang Kediri (timur), air suci dari Gua Maria Mojosongo Solo.  Air itu dijadikan satu dan ditaburi dengan 2 macam bunga 2 warna merah putih untuk mandi dan keramas (mencuci rambut). Seluruh tubuh calon mempelai digosok dengan tepung beras 7 macam, yang dicampur dengan mangir, pandanwangi dan daun kemuning. Rupanya angka 2, 3, 5, dan 7 sebagai simbol punya maksud tertentu yang bisa diartikan macam-macam
.
Calon pengantin duduk di atas bangku kayu beralaskan tikar baru (dari pandan) dengan bermacam-macam daun seperti keluwih, dhadhap srep, ilalang serta kain putih yang boleh ditambah dengan slindur, kain banguntulak, sembagi, selendang, dsb. Yang memandikan adalah kaum kerabat yang lebih tua )dan punya anak banyak). Kalau badan sudah digosok dan dibersihkan,  baru rambut dikeramas (dicuci) dengan air bunga dari dalam klenting (tempayan kecil). Sementara pengantin dimandikan dapat ditembangkan Dhandhanggula berikut yang diambil dari Serat Wulang Reh  karangan S.I. S.K.S PB IV) yang dapat dialihbahasakan ke bahasa Indonesia.


REREPEN DHANDHANG GULA  NYARENGI TATACARA SIRAMAN
1
Tunjung adus jroning tirta wening
ingkang tumurun saking kahyangan
mring ampel gadhing parane
ajalatundha yeku
winadhahan ing tlaga manik
rahayu kang siniram
nenggih sang dyah ayu
Endhang Sri Mukti warara
kang sumedya nambut ing palakrami
Rahayu kang sinedya

2
Gunung sewu dadya pager neki
langkung asri kang sarwa tumingal
sakeh lara sirna kabeh
luput ing tuju teluh
tarahnyana tiwas bilahi
bubar ambyar suminggah
Sri Sadana lulut
pan iku sih rahmat Allah
rahmat jati cumondhok ing awak mami
iya sang jati mulya

3
Tirta wening sumawur wawangi
hambalabar sekar warna-warna
widadari tumurun
parisuka renaning ati
mahargya sang akenya
kang sayekti tulus
wanodya trahing utama
utamane pakarti luhur utami
susila anuraga

4
Sumamburat sumunar nelahi
cahyanira padhang tumarawang
Dewi ratih pepindhane
ingauban sadarum
widadara myang widadari
pan kendhat asung pudya
papuji rahayu
prapteng titi pala krama
wahyu jodho bagya mulya wus sumandhing
kinasih ing Hyang Suksma

1
Bunga tratai mandi air jernih
yang tercurah dari surga loka
di ampel gadhing tujuan
bermuaralah air itu
di dalam wadah tlaga manik
selamat yang disiram
yakni sang dyah ayu (putri jelita)
Endhang Sri Mukti perawan
yang akan menikah
Selamat ke tujuan

2
Gunung s(e)ribu jadi pagar ini
Lebih indah yang serba terlihat
Sgala sakit musna semua
terhindar tuju tenung
Terbebas dari musibah mati
Bubar hancur brantakan
Si Sadana kelu
Karna itu rahmat Allah
Rahmat (se)jati tercurah di tubuh ini
ya sang (se)jati mulia

3
Air jernih bertabur wewangi
terhampar aneka bunga warna
bidadari kan turun
beria-ria suka hati
menyambut sang perawan
yang berhati tulus
wanita insan utama
yang terutama luhur budi pekerti
lembut santun lakunya

4
Bersemburat bercahya menyinari
cahayanya tlah terang benderang
bagaikan sang Dewi Ratih
berdandan serba harum
bidadara dan bidadari
tak henti bri pujian
puji doa restu
sampai tiba pernikahan
wahyu jodoh bahagia tlah tersanding
dicinta Tuhan Esa.


Selesai mandi, klenting ( tempayan kecil) diinjak sampai pecah oleh seorang kerabat tertua dari mereka yang memandikan sambil berseru, “pamore wus pecah”(sudah pecah pamornya). Orang kuno sering menyediakan sesaji yang diletakkan di dekat tempat mandi, berupa tumpeng robyong, tumpeng gundhul, bubur merah-putih, aneka jajaran pasar (makanan kecil dari pasar), dan bunga. Sekarang aneka sesaji itu bersifat fakultatif atau manasuka. Sebagai penutup baik juga kalau ada acara doa singkat. Orang Kristiani boleh menambah dengan menyanyikan lagu Ndherek Dewi Maria berikut yang kami terjemahkan kedalam bahasa Indonesia.


DHEREK DEWI  MARIA
(dari Kidung Adi 4400 alih bahasa Sarkara Adi .tk)
1=C   4/4

5 /     3  . 5   6    7 / 1   5   3 / 4  . 6      5     2 /   3 . . 
1.    Ndherek Dewi   Ma-ri-   ya,    temtu geng kang manah
Dengan Bunda  Mari-   a      ten-tu -be- sar  ha  - ti
2.    Nadyan manah gete-ra, dipun  go-dha   se-   tan
Walau    ha-ti  geme-tar,  o-leh   go-da     se-   tan
3.    Menggah saking apesnya,ngantos  ke-lu se- tan
Ka-lau  ham-ba cela-ka,  kar-na    bu-juk    se  -tan

4 /  4  .  5    6  . 4 / 5  6  7  .  7 / 1  .  6    5      4  /    5 . .
1.    Boten yen ku-wa-to-    sa    I-  bu   jangkung tansah
Tia-da  cemas  hati-     ku,   I- bu     ja-ga     sla-   lu
2.    Nanging batos enget0nya wonten  pi  --tu-  lung-  an
Ka-lau   ha--ti    ter- i- ngat,  a-da    perto - long- an
3.    Bo-ten  yen  ta  nganto- sa  klantur  ba- bar  pi-  san
Tia-da sampai  terse-sat  dan  ter-lan-tur  ja- uh


2  3 / 4  .   3  2   2 / 5  .  4  3   5  / 1    5   4   3 /  3  .  2
1.    Kanjeng Ratu ing swar- ga, amba sumarah  samya
Bun- da   Ratu  di  sur- ga,  hamba berserah se- tia
2.    Wit Sang Pu-tri  Mari-    ya   Mangsa te-ga  a-ni-   lar
Kar-na Bun-da   Mari-   a    tak  te-ga mem-bi-ar-kan
3.    U-  ger-  i-pun nyenyu-wun I-bu    tem-tu te-tu-lung
A-   sal     kita    ber-do-  a,  bunda pasti meno- long

3  /      3 . 1    5 /     5  . 3 / 6  .  5    4  3 / 2  .  ,
1,2,3 : Sang Dewi Sang De- wi  mangesto-nana     
O, Bu-nda   Ma-   ri   -a, mo-hon  berkatmu

5  /     5  . 3    1 /    1  . 6  . / 5  . 3   4   2 /  1  .  . //
1,2,3  Sang Dewi Sang De- wi   mangesto-na-  na    
O, Bu-nda   Ma-   ri   -a,  mo-hon  res-tu mu


Langenharjo Solo Baru,  18 Oktober 2012

0 comments:

Posting Komentar