Sumarno HP

Rabu, 30 Desember 2015

WANGSALAN PERHIASAN DALAM TEMBANG

WANGSALAN PERHIASAN DALAM TEMBANG
Sumarno Hp

Semua orang suka menggunakan perhiasan dalam berbagai segi kehidupan  seperti dalam berpakaian, membangun rumah, mengungkapkan perasaan dengan bahasa atau puisi. Dalam kesenian Jawa kita kenal bentuk tembang yang dapat dipakai untuk bercerita, mengajarkan moral dan tradisi, mengungkapkan doa atau sekedar memberikan hiburan. Pada laman sebelumnya terdapat tembang Jawa yang kami alihbahasakan untuk dapat didendangkan dalam bahasa Indonesia. Memang isi tembang yang berupa cerita, ajaran moral, petuah-petuah dan tradisi  bisa saja diungkapkan dalam bahasa Indonesia atau bahasa lain. Tetapi  tidak semua unsur perhiasan bahasa Jawa seperti gaya bahasa, pilihan kata yang konotatif, bentuk purwakanthi dan wangsalan dapat ditampilkan dalam terjemahan. Jadi sebuah terjemahan tembang tidak akan sama persis rasa bahasanya dengan tembang aslinya.
Wangsalan adalah  perkataan yang memiliki  kemiripan dengan teka-teki. Kata yang berisi teka-teki itu terletak di depan dan secara samar-samar menyarankan jawaban kata tertentu pada larik tembang yang sama, misalnya :
Njanur gunung (aren), kadingaren kersa rawuh! ( Tumben Anda dapat datang)
Roning mlinjo (eso) sampun sayah nyuwun ngaso. (Daun mlinjo sudah lelah mohon istirahat)
Jenang selo (apu) wader kalen sesonderan (sepat) Apuranto yen wonten lepat kawula. (Batu gamping ikan wader berenang-renang, maafkanlah kalau ada kesalahanku.)
Sayuk karya (saiyek) wulung widho mangsa rowang (bido) Sayektine wit bodho kawula (Bersama-sama burung elang memangsa sebenarnya karena kebodohan saya.
Gelang sweda (ali-ali) kancing gelang munggweng dhadha(peniti) Aywa lali den nastiti barang karya.( Gelang dijari-jari mengunci peniti di dada)
Widheng galeng  (yuyu) putra Kresna (Samba) Tyas rahayu agawe tibaning wahyu.
Kolik priya  (tuhu) priyagung Anjani putra (Anoman) Tuhu eman wong anom wedi kangelan
Keterangan :
Kata janur gunung adalah pohon aren yang sajaknya sama dengan kadingaren artinya tumben
Roning mlinjo atau daun mlinjo namanya eso  yang bunyi sajaknya sama dengan kata ngaso  artinya istirahat
Jenang selo adalah apu sejenis batu gamping bersajak sama dengan kata apuranto artinya maafkanlah, sedang wader kalen adalah ikan-ikan kecil yang hidup di parit namanya sepat yang bersajak sama dengan kata lepat.
Bunyi kata sayuk mirip dengan bunyi  kata sayektine  dan widho sama bunyinya dengan kata bodho,
Gelang swedha adalah ali-ali atau cincin yang bersajak sama dengan aywa lali dan kancing yang ada di dada adalah peniti yang sajaknya sama dengan kata nastiti
Widheng galeng adalah yuyu atau ketam. Putra Bathara Kresna adalah Samba yang beristana di Parang Garuda. Nama.binatang yuyu bersajak sama dengan Tyas rahayu, Kata samba bersajak sama dengan kata  tibaning atau datangnya wahyu.
Kata tuhu dan Anoman bersajak sama dengan tuhu dan wong anom
Adapun ciri khas wangsalan dalam kalimat, yakni:
Berbentuk sebuah kalimat yang terjadi dari dua gatra (frase) yakni gatra awal dan gatra akhir, Misalnya:
Kembang gedang / patute anakku lanang.(Bunga pisang sepatutnya anakku laki-laki ) Nama bunga pisang adalah tuntut  yang bersajak sama dengan patute
Genta dara / tak sawang nawung deduka. Gatra genta dara adalah sawangan yang bersajak sama dengan sawang artinya diipandang
Nyandhal jaran, / ngethapel saparan-paran. Sandal jaran atau sandal kuda adalah tapel yang sama sajaknya dengan ngetapel.artinya perpegang erat pada pinggang berboncengan.
Wohing tanjung / luwih becik njunjung bapa biyung. Buah tanjung adalah kecik yang sama sajaknya dengan kata becik.

Berbentuk dua buah kalimat yang masing-masing terjadi dari dua gatra.
# Kunir pita / kukila kang mawa genta.// Aja rengu / yen dinukan ing bendara.# Kunir pita adalah temu, kukilo mawa genta adalah burung yang pakai genta kecil yakni burung dara yang bersajak sama dengan kata rengu dan bendara pada kalimat kedua.
# Welut wana / walang gung wilis larira // Wong ngawula aja tumambuh ing karya # Welut wana atau belut hutan adalah ula atau ular, walang gung wilis larira adalah belalang besar hijau  sayapnya.
# Carang wreksa / wreksa kang rineka janma //Nora gampang golek kawruh mrih kaunang # Carang wreksa adalah pang atau cabang pohon // wreksa rineka janwa adalah boneka atau golek yakni pohon yang dibentuk seperti manusia.pang bersajak sama dengan gampang,golek kawruh mrih kaunang artinya cari pengetahuan biar dikenal.
# Ancur kaca / nelangsa rasaning driya //Rasakena yen lagi nandhang rekasa # Kata ancur kaca adalah rasak yang bersajak sama dengan rasakena,  Kaca hancur prihatin dirasakan hati, rasakan jika sedang menderia.
Contoh wangsalan dalam tembang anonym (dialihbahasakan secara bebas dalam bentuk tembang).
TEMBANG PUCUNG ( Gaya Slendro )
#  6  6   5  3 / I  I  I  2  6 / 6  65  3 /
    1   2   6   3   353   21
    1   2   2   2  3  1  2  16
    6   12    3   3 / 2  2   21   6   35   6  3  2  #


Pucung
# Sarah madu (malam) / kunir pita (temu) jangkrik gunung //
Lam-lamen tyas ing wang /
Yen temu sira gusti //
Sawer ponthang (welang) / ing tyas anggung melang-melang.#

     
 Bahasa Indonesia
#Tetes madu / kunir kuning jengerik gunung //
Mangu-mangu hati
Jika temui ini //
Ular belang di hati takut melintang #



Keterangan:
Larik pertama sebagai sampiran pengantar kalimat  isi seperti pada pantun kilat.

TEMBANG PANGKUR
Gaya pelog

#  3    5    5    5   3  / 5   3   3 //
    3    5    6    5 ‘  1  1   1    1  12   3    3  //
    5    61  1    1  /  1   12     3 //
    1    6    5     5    5    5    5   //
            3    5     6    5  /  3   1    1    1    1    212    3     3  //
            5    6    1     1    1    1     1    //
            1    1    2     3    3  /   3    3    2 .121   #

(1)
# Jirak pindha mungweng wana / (kesambi)
Sayeng kaga (kala) wit rekta kang muroni (anggur) /
Nyenyambi kalaning anggur /
Wastra tumrap mustaka /
Pangiketing wangsalan kang sekar pangkur /
Baon sabin ing nawala ( (karya)/
Kinarya kangen pribadi.#

(2)
Sarkara drawa linama (kilang)
Gelang swedha  (ali-ali) kramane mara siwi (nggegulang)
Ilang lali yen wulangan
Mundhulit daunira
Lumeketing kayuwananireng kayun
Parab madyaning pandawa (Arjuna)
Sarjua arjaning diri

(1)
Bagai jirak (Eurya acuminate) yang di hutan
Saat lama anggur  yang menghangati
Mengisi saat berlibur
Kain ikat kepala
Yang mengikat hiasan di tembang pangkur
bersawah di karya sastra
Sebagai karya pribadi

(2)
Sarkara tembang bernama
Cincin emas menghias di jejari
Lalai hilang di ujian
mundu (garcinia dulcis) kecil daunnya
melekat di kehendak budi teguh
Nama ketiga pandawa
Arjuna teladan diri



KINANTHI
6    7   2    3    3    3    3     23 //
3    2   2    2    2    2    2     2    327  //
6    7   2    2    2    2    23   23 //
5    6   6    6    7   5     65   32 //
5    6   6    6    6   6     5     56 //
5    5   56   53   3   3   56   6   //

(1)
Tyas seta panjrahing bahu
Manawi panujwing galih
Sendhang geng ing pawukiran (kawah)
Lintang sumurub ing warih (konang)
Kawula den wenangena
Gumantya kawaceng Turki

(2)
Ba’dha mangan srameng laut (penyu)
Panyuwun kawula mugi
Peksi mijil ing pandogan (netes)
Dipun-pantesa pribadi
Kencana tumrapeng braja (srasah)
Kawula masrahaken diri.

(1)
Nurani merambah bahu
kalau berkenan di hati
Sumber (a) gung di pegunungan
Bintang terbenam di air
Hamba kau bri kewenangan
Gantikan tersiar di Turki

(2)
Habis makan kura laut
Permohonanku di sini
Buruhg tetas di sarangnya
pantaskan diri sendiri
kencana bagi mahkota
sahaya menyerahkan diri



Solo Baru, 30 Desember 2015

0 comments:

Posting Komentar